12/26/2008

Jihad Jalan Kami...Syahid Cita cita Kami


“Hidup adalah perjuangan, setiap perjuangan memerlukan suatu pengorbanan, dan dalam setiap pengorbanan diiringi dengan kesabaran dan keikhlasan.”

Inilah makna dari sebuah kehidupan. Dalam kehidupan manusia hanya memiliki dua pilihan, yaitu mati mulia dan hidup mulian atau mati dan hidup hina?


Jika kita memilih hidup dan mati yang mulia, maka jalan satu satunya adalah jihad .

Jihad secara bahasa berarti mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan secara istilah syari’ah berarti seorang muslim mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memperjuangkan dan meneggakan Islam demi mencapai ridha Allah SWT. Oleh karena itu kata-kata jihad selalu diiringi dengan fi sabilillah untuk menunjukkan bahwa jihad yang dilakukan umat Islam harus sesuai dengan ajaran Islam agar mendapat keridhaan Allah SWT.

Imam Hasan Al-Banna berkata, “Yang saya maksud dengan jihad adalah; suatu kewajiban sampai hari kiamat dan apa yang dikandung dari sabda Rasulullah saw.,” Siapa yang mati, sedangkan ia tidak berjuang atau belum berniat berjuang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”.

” Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad” (QS Al-Hajj 78)

Tujuan dari jihad yaitu untuk menegakkan syari’at dan kalimat Allah di muka bumi ini. Jihad pun beragam macamnya, ada jihad dengan lisan, yaitu mengatakan kebenaran ( Dakwah ), jihad dengan harta yaitu menyerahkan hartanya untuk perjuanangn jihad ini, dan jihad dengan jiwa dan raga yaitu memerangi kaum kafir yang memusuhi Islam.
Syahid adalah hasil dari sebuah jihad fii sabilillah, syahid merupakan cita – cita setiap manusia yang berjihad.Di dalam suau hadits Rasulullah saw bersabda :

”Bagi orang yang mati syahid disisi Allah mendapat tujuh kebaikan: 1. Diampuni dosanya dari mulai tetesan darah pertama. 2. Mengetahui tempatnya di surga. 3. Dihiasi dengan perhiasan keimanan. 4. Dinikahkan dengan 72 istri dari bidadari. 5. Dijauhkan dari siksa kubur dan dibebaskan dari ketakutan di hari Kiamat. 6. Diletakkan pada kepalanya mahkota kewibawaan dari Yakut yang lebih baik dari dunia seisinya. 7. Berhak memberi syafaat 70 kerabatnya.” (HR at-Tirmidzi)

Subhanallah…begitu indahnya jika kita dapat bersama sama berjihad di jalan ini dan kelak dipertemukan sebagai para syuhada di kemudian hari..Amin…Allahumma amin…

”Tidak ada hijrah setelah futuh Mekkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Dan jika kamu diperintahkan untuk keluar berjihad maka keluarlah (berjihad).” (HR Bukhari)

^_^ dalam rangka menyambut panggilan dakwah


12/22/2008

Sepucuk Surat Untuk Umi...



"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri" ( An-Nisa : 36 )

Umi..Hari ini, kuteringat kembali akan semua kisah perjalanan hidup. Kau..sosok yang begitu luar biasa di mataku. tidak hanya karena beliaulah yang mengandungku, melahirkanku, menyusuiku, membesarkanku, namun seorang yang telah mengorbankan segala waktu kesenangannya untukmu, mengorbankan segala impiannya tuk bisa selalu bersamaku, mengorbankan segala dayanya untuk selalu membuatku tersenyum bahagia..begitu besar pengorbananmu untukku...

Pernahkah kau rasakan lelah karena tangan hangatmu yang pernah mengangkatku?
Pernahkah kau rasakan letik karena berlari mengejar langkah kecilku?
Apa kau rasakan suntuk saat mendengar setiap rengekan dan tangisanku?
Apa kau rasajan sedih saat melihatku terjatuh dengan luka?
Apa kau rasakan sakit karena badanmu yang terasa pegal karena menjagaku seharian?

Umi...
Kau ajari aku cara bertahan di dunia ini
Kau ajari aku untuk menjaga setiap hasrat hati ini
Kau ajari aku melangkah tuk bisa menaklukan bumi
Kau ajari aku membaca tuk mengetahui dunia
Kau ajari aku berjalan untuk meraih surga
Kau ajari aku menangis tuk meraih kebahagiaan
Kau ajari aku mengenai Rabb-ku
Kau ceritakan kepadaku kisah - kisah Para Kekasih Allah
Kau tunjukkan padaku..
Segala makna yang tidak akan pernah kutemukan
kecuali jika kau ajari aku..

Umi..
Namamu begitu abadi
Cintamu kekal takkan pernah usang
kasihmu sepanjang waktu
Senyummu takkan tenggelam ditelan masa

Umi..
Tak hentinya kuucapkan terima kasihku padamu
Tak bosannya kukatakan bahwa aku menyayangimu
Tak jenuhnya kuungkapkan bahwa betapa aku begitu mengagumimu

Tapi..Umi..apakah yang dapat kulakukan tuk bisa membalas
setiap tetes keringatmu karena mengejarku
setiap detik waktu luangmu tuk menjagaku
setiap titik air matamu tuk kebahagiaanku
setiap hangatnya senyum manismu tuk menyambutku
setiap milli isi dari hatimu yang hanya untukku
setiap doamu tuk kebaikanku

Umi...Kuberitakan padamu
Bahwa dalam suatu Hadits dikatakan :
Dari Abdullah bin Mas'ud katanya, "Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah" [Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]


Dari Abdillah bin Amr bin Ash Radhiyallahu 'anhuma dikatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ridla Allah tergantung kepada keridlaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid-), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)]

Umi..
terima kasih untuk semuanya
semoga Allah SWT kelak yang kan membalas segala payahmu untukku
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [Al Israa’:24]
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [Ibrahim:14]
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
amin..Allahumma amin..

^_^
always luv u...

11/28/2008

Untuk Ukhtiku Sayang...


Ukhti…Besarnya kerudungmu tidak menjamin sama
dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho tuhanmu,
mungkinkah besarnya kerudungmu hanya di gunakan sebagai fashion
atau gaya jaman sekarang,
atau mungkin kerudung besarmu hanya di jadikan alat perangkap busuk

supaya mendapatkan ikhwan yang di idamkan
bahkan bisa jadi kierudung besarmu
hanya akan di jadikan sebagai identitasmu saja,
supaya bisa mendapat gelar akhwat
dan di kagumi oleh banyak ikhwan


Ukhti…lembutnya suaramu mungkin selembut sutra bahkan lebih dari pada itu,
tapi akankah kelembutan suara ANTI sama dengan lembutnya kasihmu pada sauadaramu,
pada anak-anak jalanan,
pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayangmu

Ukhti…lembutnya Parasmu tak menjamin selembut hatimu,
akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk
ketika melihat segerombolan anak-anak palestina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga
bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir,
akankah selembut itu hatimu
ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.

Ukhti…Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan shalat malammu,
mungkinkah malam-malammu di lewati dengan rasa rindu menuju tuahnmu dengan bangun di tengah malam
dan di temani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujud mu
serta lantunan tilawah yang tak henti-hentinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan,
atau sebaliknya,
malammu selalu di selimuti dengan tebalnya selimut setan
dan di nina bobokan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun shalat subuh.

Ukhti…Cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu,
mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan,
ataukah ANTI tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu bahkan keluargamu,
sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh ke dalam lubang yang snagat mengerikan yaitu maksiat

Ukhti…cantiknya wajahmumu tidak menjamin kecantikan hatimu terhadap saudaramu,
temanmu bahkan diri ANTI sendiri,
pernahkah ANTI menyadari bahwa kecantikan yang ANTI punya hanya titpan ketika muda,
apakah sudah tujuh puluh tahun kedepan ANTI masih terlihat cantik,
jangan-jangan kecantikanmu hanya di jadikan perangkap jahat
supaya bisa menaklukan hati saudara dengan senyuman-senyuman busukmu

Ukhti…tundukan pandanganmu yang jatuh ke bumi tidak menjamin sama
dengan tundukan semangatmu untuk beranui menundukan musuh-musuhmu,
terlalu banyak musuh yang akan ANTI hadapi mulai dari musuh-musuh islam sampai musuh hawa nafsu pribadimu
yang selalu haus dan lapar terhadap perbuatan jahatmu,

Ukhti…tajamnya tatapanmu yang menusuk hati,
menggoda jiwa tida) menjamin sama
dengan tajamnya kepekaan dirimu teerhadapa warga sesamamu mu yang tertindas di palestina,
pernahkah ANTI menangis ketika mujahid-mujahidah kecil tertembak mati,
atau dengan cuek bebek membiarkan begitu saja,
pernahkah ANTI merasakan bagaimana rasanya berjihad yang di lakukan oleh para mujahidah-mujahidah teladan

Ukhti…lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin
dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat,
coba ANTI perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman,saudara bahkan keluarga ANTI sendiri
belum merasakan manisnya islam dan iman mereka belum merasakan apa yang ANTI rasakan,
bisa jadi salah satu dari keluargamu masih gemar bermaksiat,
berpakaian seksi dan berprilaku binatang yang tak karuan,
sanggupkah ANTI menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama apa yang kamu rasakan
yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemulyaan islam

Ukhti…tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang khalolikmu,
ANTI adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan belakang atas bawah
semua setan mengintaimu,
imanmu dalam bahaya,
hatimu dalam ancaman,
tidak akan lama lagi imanmu akan terobrak abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul di jaga olehmu,
banyak cara yang harus ANTI lakukan mulai dari diri sendiri,
dari yang paling kecil dan seharusnya di lakuakn sejak dari sekarang,
kapan lagi coba….

Ukhti…Putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap) saudaramu,
temanmu bahkan keleuargamu sendiri, masih kah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan seperti riya dan sombong,
pernahkah ANTI membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah di raih dan merasa diri paling wah,
merasa diri paling aktif,
bahkan merasa diri paling cerdas di tas rata-rasat akhwat yang lain,
sesombong itukah haitmu, lalu di manakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu

Ukhti ..ngajimu tidak menjamin serajin infakmu ke mesjid atau) mushola,
sadarkah ANTI kalo kotak-kotak nongkrong di masjid masih terliat kosong dan menghawatirkan,
tidakkah ANTI memikirkan infaq sedikit saja, bahkan kalaupun infaq,
kenapa uang yang paling kecil dan paling lusuh yang ANTI masukan,
maukah ANTI di beri rizki sepertt itu?

Ukhti…rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunanah senin kamis yang ANTI laksanakan ,
kejujuran hati tidak bisa di bohongi,
kadang semangat fisik begitu bergelora untuk di laksanakan tapi,
semanga ruhani tanpa di sadari turun drastis,
puasa yaumul bith pun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang di rasakan terlalu sering dalam seminggu,
separah itukah hati ANTI, makanan fisik yang ANTI pikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh stok makanan,
kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang gizi

Ukhti…manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu,
kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan yang ANTI lewati,
sikap ramahmu pada orang ANTI temui sangat jarang terlihat,
bahkan selalu dan selalu terlihat cuek dan menyebalkan,
kalau itu kenyataannya bagaiamana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader,
ingat!!! Dakwah tidak memerlukan ANTI tapi… ANTIlah yang memerlukan dakwah,
kita semua memrlukan dakwah

Ukhti…ramahnya sikapmu tidak menjamin seramah sikapmu terhadap sang Kholikmu,
masihkah ANTI senang bermanjaan dengan tuhanmu dengan shalat duhamu, shalat malamu?

Ukhti…dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi,
akankah nama harummu di sia-siakan begitu saja
dan atau sanggupkah ANTI ketika sang mujahid akan segara menghampirimu

Ukhti…masih ingatkah ANTI terhadap pepatah yang masih teringiang sampai saat ini
bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik,
jadi siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumu

Ukhti…Baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam surga Rabbmu.
maka, tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek,
tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa
dan terbukti dalam hidup sehari-harimu

Ukhti…muhasabah yang ANTI lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan
dan kebusukan kelakuan ANTI yang di lakukan siang hari,
atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu,
sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelum tidur,
ANTI tidur mendengkur begitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhak busuk mu di lupakan,
kenapa muhasabah tidak di jadikan sebagai moment untuk perbaikan diri
bukankah akhwat yang hanya akan mendapatkan ikhwah yang baik
adalah yang terbaik???

Ukhti…pernahkah ANTI bercita-cita ingin mendapatkan suami ikhwan) yang ideal,
wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap dan pasti,
bukankah apa yang ANTI pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan
yaitu ingin mencari istri yang solehah dan seorang mujahidah,
kenapa tidak dari sekarang ANTI mempersiapkan diri menjadi seorangn mujahidah yang solehah?

Ukhti…apakah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri ANTI,
seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton tv yang tidak karuan
dan hanya kan mengeraskan hati sampai lupa waktu,
lupa Bantu o0rang tua,
kapan akan menjadi anak yang biruwalidain??
kalau memang itu terjadi jadi sampai kapan,
mulai kapan ANTI akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat solehah?

Ukhti…apakah pandanganmu sudah terpelihara,
atau pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan
dan terlepas dari itu matamu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa,
atau tundukan pandangannmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar ?

Ukhti… hatimu di jendela dunia,
dirimu menjadi pusat perhatian semua orang,
sanggupkah ANTI menjaga izzah yang ANTI punya,
atau sebaliknya ANTI bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain
dan hal itu akan merusak citra akhwat yang lain,
kadang orang lain akan mempunyai persepsi di sama ratakan antara akhwat yang satu dengan akhwat yang lain,
jadi kalo ANTI sendiri membuat kebobrokan akhlak maka akan merusak citra akhwat yng lainnya

Ukhti…dirimu menjadi dambaan semua orang,
karena yakinlah preman sekalipun,
bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya bobrok
tapi semua orang menginginkan itsri yang solehah,
siapkah ANTI sekarang menjadi istri solehah yang selalu di damba-dambakan oleh semua orang??
MULAILAH DENGAN KITA PERBAIKI KELALAIAN KITA

By : someone di seberang sana...sukron dah mengingatkan ^_^

10/06/2008

Sakitku Ibadahku...Nikmatku

Bismillahirrohmanirrohim

Sakit…kebanyakan dari kita menganggap bahwa sakit itu merupakan suatu musibah, namun jika kita tapaki lebih jauh lagi, maka dapat kita temukan banyak hikmah dari sakit itu.

Sakit pada hakikatnya adalah ujian dari Allah SWT. Ujian kesabaran bagi kita. Sakit dan mati adalah suatu kuasa dan ketetapan Allah yang tertulis dalam Lauh Mahfuzh, dan tidak akan mungkin bagi kita untuk dapat menghalangi ataupun menghindari dari segala apa yang telah ditetapkan-Nya.


“Apabila aku sakit, maka Dia-lah yang menyembuhkanku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian menghidupkan aku kembali “( Asy-syu’araa’ 80-81 )

Sakitku adalah ibabahku, karena seperti kita tahu, bahwa barang siapa yang melakukan suatu ibadah maka akan mendapatkan pahala dan dihapuskannya dosanya. Begitu pun dengan sakit, dengan kesabaran kita dalam sakit, Allah akan memberi pahala atas kesabaran kita dan menghapuskan dosa – dosa kita.

Sakitku adalah nikmatku, karena didalam sakit akan mengingatkan kita akan betapa berharganya masa sehat kita, betapa dekatnya kematian dan bekal apa yang kita persiapkan untuk akhirat kita. Karena itu, didalam sakit, kita akan lebih banyak bersyukur dan mengingatNya.
Maka dari itu, syukurilah dan bersabarlah ya akhi ukhti fillah…sakit itu ibadah dan sakit itu nikmat.

Tetep semangat!!!!!!!!!!
^_^

9/01/2008

Di atas Sajadah Cinta


"Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Dikrektur Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, yang tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada Professor dipersilahkan. .."

Suara pembawa acara walimatul 'urs itu menggema di seluruh ruangan resepsi pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi sungai Nil, Kairo.


Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di televisi itu.

Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih melangkah menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan wibawa. Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia memang seorang ilmuan berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat, mengisyaratkan pribadi yang tegas. Begitu sampai di podium, kamera video dan lampu sorot langsung shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara, seperti biasa, ia sentuh gagang kacamatanya, lalu...

Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu'ala Rasulillah, amma ba'du. Sebelumnya saya mohon maaf , saya tidak bisa memberi nasihat lazimnya para ulama, para mubaligh dan para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini perkenankan saya bercerita...

Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya, mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan buanglah lumpurnya.

Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras, melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya.

Tiga puluh tahun yang lalu ...

Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayah saya seorang perwira tinggi, keturunan "Pasha" yang terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah terhormatnya, seorang lady dari keluarga aristokrat terkemuka di Ma'adi, ia berpendidikan tinggi, ekonom jebolan Sorbonne (Universitas ternama di Eropa) yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit politik di negeri ini.

Saya anak sulung, adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam suasana aristokrat dengan tatanan hidup tersendiri. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat. Keluarga besar kami hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau kalangan high class yang sepadan!

Entah kenapa saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya merasa terkukung dan terbelenggu dengan strata sosial yang didewa-dewakan keluarga. Saya tidak merasakan benar hidup yang saya cari. Saya lebih merasa hidup justru saat bergaul dengan teman-teman dari kalangan bawah yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan perjuangan. Hal ini ternyata membuat gusar keluarga saya, mereka menganggap saya ceroboh dan tidak bisa menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang yang selalu basah keringat dalam mencari pengganjal perut dianggap memalukan keluarga. Namun saya tidak peduli.

Karena ayah memperoleh warisan yang sangat besar dari kakek, dan ibu mampu mengembangkannya dengan berlipat ganda, maka kami hidup mewah dengan selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa berlibur ke luar negeri, ke Paris , Roma, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika berlibur di dalam negeri ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.

Begitu masuk fakultas kedokteran, saya dibelikan mobil mewah. Berkali-kali saya minta pada ayah untuk menggantikannya dengan mobil biasa saja, agar lebih enak bergaul dengan teman-teman dan para dosen. Tetapi beliau menolak mentah-mentah.

"Justru dengan mobil mewah itu kamu akan dihormati siapa saja" tegas ayah.

Terpaksa saya pakai mobil itu meskipun dalam hati saya membantah habis-habisan pendapat materialis ayah. Dan agar lebih nyaman di hati, saya parkir mobil itu agak jauh dari tempat kuliah.

Ketika itu saya jatuh cinta pada teman kuliah. Seorang gadis yang penuh pesona lahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan ahlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan kecerdasannya sangat menajubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi, sama seperti saya.

Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga mencintai saya. Saya merasa telah menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini dalam ikatan suci yang diridhai Allah, yaitu ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakultas. Maka datanglah saat untuk mewujudkan impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di jalan yang lurus.

Saya buka keinginan saya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu, dan saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus.

Usai kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Begitu saya beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan membanting gelas yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini tidak boleh terjadi selamanya!

Beliau menegaskan bahwa selama beliau masih hidup rencana pernikahan dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak terkira.

Hadirin semua, apakah anda tahu sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku sedemikian sadis? Sebabnya, karena ayah calon istri saya itu tukang cukur....tukang cukur, ya... sekali lagi tukang cukur! Saya katakan dengan bangga. Karena, meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati. Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak banyak dilakukan para bangsawan "Pasha". Lewat tangannya ia lahirkan tiga dokter, seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama sekali tidak mengecap bangku pendidikan.

Ibu, saudara dan semua keluarga berpihak kepada ayah. Saya berdiri sendiri, tidak ada yang membela. Pada saat yang sama adik saya membawa pacarnya yang telah hamil 2 bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah ibu langsung merestui dan menyiapkan biaya pesta pernikahannya sebesar 500 ribu ponds. Saya protes kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini? Kenapa saya yang ingin bercinta di jalan yang lurus tidak direstui, sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah berzina, bergonta-ganti pacar dan akhirnya menghamili pacarnya yang entah yang ke berapa di luar akad nikah malah direstui dan diberi fasilitas maha besar? Dengan enteng ayah menjawab. "Karena kamu memilih pasangan hidup dari strata yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan pacar adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat keluarga besar Al Ganzouri."

Hadirin semua, semakin perih luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah saya, tentu sudah saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat sudah dekat, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang jelas berzina justru difasilitasi.

Dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahwa cara dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini kebenarannya. Itu saja.

Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui ayahnya. Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dengan harapan beliau berlaku bijak merestui rencana saya. Namun, laa haula wala quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui penolakan keluarga saya. Beliaupun menolak mentah-mentah untuk mengawinkan putrinya dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad menikah dengan saya.

Kami berdua bingung, jiwa kami tersiksa. Keluarga saya menolak pernikahan ini terjadi karena alasan status sosial , sedangkan keluarga dia menolak karena alasan membela kehormatan.

Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, bertanya kenapa orang-orang itu tidak memiliki kesejukan cinta?

Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke kantor ma'dzun syar'i (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat karibku. Kami berikan identitas kami dan kami minta ma'dzun untuk melaksanakan akad nikah kami secara syari'ah mengikuti mahzab imam Hanafi.

Ketika ma'dzun menuntun saya, "Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: 'Saya terima nikah kamu sesuai dengan sunatullah wa rasulih dan dengan mahar yang kita sepakati bersama serta dengan memakai mahzab Imam Abu Hanifah.'"

Seketika itu bercucuranlah air mata saya, air mata dia dan air mata 3 sahabat saya yang tahu persis detail perjalanan menuju akad nikah itu. Kami keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata Allah SWT dan manusia. Saya bisikkan ke istri saya agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir.

Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, akad nikah kami membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Begitu mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayah dari rumah. Mobil dan segala fasilitas yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa. Kecuali tas kumal berisi beberapa potong pakaian dan uang sebanyak 4 pound saja! Itulah sisa uang yang saya miliki sehabis membayar ongkos akad nikah di kantor ma'dzun.

Begitu pula dengan istriku, ia pun diusir oleh keluarganya. Lebih tragis lagi ia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2 pound, tak lebih! Total kami hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!!

Ah, apa yang bisa kami lakukan dengan uang 6 pound? Kami berdua bertemu di jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada puncak musim dingin. Kami menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan sengsara campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih sayang , rasa berdaya dan hidup menjalari sukma kami.

"Habibi, maafkan kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini. Maafkan Kanda!"

"Tidak... Kanda tidak salah, langkah yang kanda tempuh benar. Kita telah berpikir benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak bisa menghargai kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berpikir anak kecil. Suatu ketika mereka akan tahu bahwa kita benar dan tindakan mereka salah. Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini.

Percayalah, insya Allah, saya akan setia mendampingi kanda, selama kanda tetap setia membawa dinda ke jalan yang lurus. Kita akan buktikan kepada mereka bahwa kita bisa hidup dan jaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu ketika saat kita gapai kejayaan itu kita ulurkan tangan kita dan kita berikan senyum kita pada mereka dan mereka akan menangis haru.

Air mata mereka akan mengalir deras seperti derasnya air mata derita kita saat ini," jawab isteri saya dengan terisak dalam pelukan.

Kata-katanya memberikan sugesti luar biasa pada diri saya. Lahirlah rasa optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna seketika. Apalagi teringat bahwa satu bulan lagi kami akan diangkat menjadi dokter. Dan sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima penghargaan dan uang sebanyak 40 pound.

Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam kebekuan, otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin kami tidur di emperan toko itu. Jalan keluar pun datang juga. Dengan sisa uang 6 pound itu kami masih bisa meminjam sebuah toko selama 24 jam.

Saya berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia bahkan mengantarkan kami mencarikan losmen ala kadarnya yang murah.

Saat kami berteduh dalam kamar sederhana, segera kami disadarkan kembali bahwa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengarunginya berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah SWT.

Kami hidup dalam losmen itu beberapa hari, sampai teman kami berhasil menemukan rumah kontrakan sederhana di daerah kumuh Syubra Khaimah. Bagi kaum aristokrat, rumah kontrakan kami mungkin dipandang sepantasnya adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah binatang kesayangan mereka mungkin lebih bagus dari rumah kontrakan kami.

Namun bagi kami adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu, jika seorang gelandangan tanpa rumah menemukan tempat berteduh ia bagai mendapat hadiah agung dari langit. Kebetulan yang punya rumah sedang membutuhkan uang, sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk 3 bulan.

Betapa bahagianya kami saat itu, segera kami pindah kesana. Lalu kami pergi membeli perkakas rumah untuk pertama kalinya. Tak lebih dari sebuah kasur kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua kursi dan satu kompor gas sederhana sekali, kipas dan dua cangkir dari tanah, itu saja... tak lebih.

Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, kami merasa tetap bahagia, karena kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah hidup dengan gairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta.

Ah, saya jadi teringat perkataan Ibnu Qayyim, bahwa nikmatnya persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami-isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran setetes nikmat yang disediakan oleh Allah di surga. Jika percintaan suami-isteri itu nikmat, maka surga jauh lebih nikmat dari semua itu. Nikmat cinta di surga tidak bisa dibayangkan. Yang paling nikmat adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada penghuni surga , saat Allah memperlihatkan wajah-Nya. Dan tidak semua penghuni surga berhak menikmati indahnya wajah Allah SWT.

Untuk nikmat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Yang konsisten mengikuti petunjuk Allah-lah yang berhak memperoleh segala cinta di surga.

Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus mendekatkan diri kepada-Nya.

Istri saya jadi rajin membaca Al-Qur'an, lalu memakai jilbab, dan tiada putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi'ah Adawiyah yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang ia adalah dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua tanpa bantuan siapapun, kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang pandai mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 poud yang tersisa setelah membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama sebulan.

Tetanggga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan kamipun mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua adalah dokter. Sampai-sampai ada yang bilang tanpa disengaja, "Ah, kami kira para dokter itu pasti kaya semua, ternyata ada juga yang melarat sengsara seperti Mamduh dan isterinya."

Akrabnya pergaulan kami dengan para tetangga banyak mengurangi nestapa kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil layaknya saudara sendiri. Ada yang menawarkan kepada isteri agar menitipkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka karena kami memang dokter yang sibuk. Ada yang membelikan kebutuhan dokter. Ada yang membantu membersihkan rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan- pertolongan mereka.

Kehangatan tetangga itu seolah-olah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami. Yang lebih menyakitkan mereka tidak membiarkan kami hidup tenang.

Suatu malam, ketika kami sedang tidur pulas, tiba-tiba rumah kami digedor dan didobrak oleh 4 bajingan kiriman ayah saya. Mereka merusak segala perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya, mereka patah-patahkan, begitu juga dengan kursi. Kasur tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka mengancam dan memaki kami dengan kata-kata kasar. Lalu mereka keluar dengan ancaman, "Kalian tak akan hidup tenang, karena berani menentang Tuan Pasha."

Yang mereka maksudkan dengan Tuan "Pasha" adalah ayah saya yang kala itu pangkatnya naik menjadi jendral. Ke-empat bajingan itu pergi. Kami berdua berpelukan, menangis bareng berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu kami tata kembali rumah yang hancur. Kami kumpulkan lagi kapas-kapas yang berserakan, kami masukan lagi ke dalam kasur dan kami jahit kasur yang sobek-sobek tak karuan itu. Kami tata lagi buku-buku yang berantakan. Meja dan kursi yang rusak itu berusaha kami perbaiki. Lalu kami tertidur kecapaian dengan tangan erat bergenggaman, seolah eratnya genggaman inilah sumber rasa aman dan kebahagiaan yang meringankan intimidasi hidup ini.

Benar, firasat saya mengatakan ayah tidak akan membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa ayah telah merancang skenario keji untuk memenjarakan isteri saya dengan tuduhan wanita tuna susila. Semua orang juga tahu kuatnya intelijen militer di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di telapak kaki mereka. Saya hanya bisa pasrah total kepada Allah mendengar hal itu.

Dan Masya Allah! Ayah telah merancang skenario itu dan tidak mengurungkan niat jahatnya itu, kecuali setelah seorang teman karibku berhasil memperdaya beliau dengan bersumpah akan berhasil membujuk saya agar menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak menjalankan skenario itu , sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan saya akan menjadi lebih keras dan bisa berbuat lebih nekad.

Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku setiap pekan sambil meminta beliau sabar, sampai berhasil meyakinkan saya untuk mencerai isteriku. Inilah skenario temanku itu untuk terus mengulur waktu, sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya bisa mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.

Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang saya takutkan, tidak ada pemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai. Nyaris selama 1 tahun saya tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatan isteri tercinta.

Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan hamba-hamba- Nya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah kami. Jadi selama satu tahun ini, dia hidup cukup dengan rahmat Allah SWT.

Selesai wajib militer, saya langsung menumpahkan segenap rasa rindu kepada kekasih hati. Saat itu adalah musim semi. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk segala cintanya. Saya teringat puisi seorang penyair Palestina yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia dan lepas dari belenggu derita:

Sambil menatap kaki langit

Kukatakan kepadanya

Di sana... di atas lautan pasir kita akan berbaring

Dan tidur nyenyak sampai subuh tiba

Bukan karna ketiadaan kata-kata

Tapi karena kupu-kupu kelelahan

Akan tidur di atas bibir kita

Besok, oh cintaku... besok

Kita akan bangun pagi sekali

Dengan para pelaut dan perahu layar mereka

Dan akan terbang bersama angin

Seperti burung-burung

Yah... saya pun memimpikan demikian. Ingin rasanya istirahat dari nestapa dan derita. Saya utarakan mimpi itu kepada istri tercinta. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah bersih keras untuk masuk program Magister bersama!

"Gila... ide gila!!!" pikirku saat itu. Bagaimana tidak...ini adalah saat paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai dokter di negara Teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tidak berperasaan. Tetapi istri saya tetap bersikukuh untuk meraih gelar Magister dan menjawab logika yang saya tolak:

"Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya, kita harus sabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita rengguk sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita."

Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad baja istriku, hatiku pun luluh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya.

Jadilah kami berdua masuk Program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara kebutuhan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll. Nyaris kami hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air. Hari-hari yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam hari kami lalui bersama dengan perut kosong, teman setia kami adalah air kran.

Masih terekam dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama dalam suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, kami obati dengan air. Yang terjadi malah kami muntah-muntah. Terpaksa uang untuk beli buku kami ambil untuk pengganjal perut.

Siang hari, jangan tanya... kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu, terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.

Meski demikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah saya melihat istri saya mengeluh, menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Kalaupun dia menangis, itu bukan karena menyesali nasibnya, tetapi dia malah lebih kasihan kepada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah, tiba-tiba harus hidup sengsara layaknya gelandangan.

Sebaliknya, sayapun merasa kasihan melihat keadaannya, dia yang asalnya hidup nyaman dengan keluarganya, harus hidup menderita di rumah kontrakan yang kumuh dan makan ala kadarnya.

Timbal balik perasaan ini ternya menciptakan suasana mawaddah yang luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak bisa lagi melukiskan rasa sayang, hormat, dan cinta yang mendalam padanya.

Setiap kali saya angkat kepala dari buku, yang tampak di depan saya adalah wajah istri saya yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya kagum pada bidadari saya ini. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat pandangannya dari buku dan menatap saya penuh cinta dengan senyumnya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan terlupakan semua. Rasanya kamilah orang yang paling berbahagia di dunia ini.

"Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang..." bisiknya mesra sambil tersenyum.

Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara.

Allah Maha Penyayang, usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelar Magister dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya 2 tahun saja! Namun, kami belum keluar dari derita. Setelah meraih gelar Magister pun kami masih hidup susah, tidur di atas kasur tipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami.

Sampai akhirnya rahmat Allah datang juga. Setelah usaha keras, kami berhasil meneken kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait . Dan untuk pertama kalinya, setelah 5 tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah, merasakan kembali tidur di kasur empuk dan kembali mengenal masakan lezat.

Dua tahun setelah itu, kami dapat membeli villa berlantai dua di Heliopolis , Kairo. Sebenarnya, saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang layak. Tetapi istriku memang 'edan'. Ia kembali mengeluarkan ide gila, yaitu ide untuk melanjutkan program Doktor Spesialis di London, juga dengan logika yang sulit saya tolak.

"Kita dokter yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui, dan kita kini memiliki uang yang cukup untuk mengambil gelar Doktor di London . Setelah bertahun-tahun hidup di lorong kumuh, tak ada salahnya kita raih sekalian jenjang akademis tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan."

Kucium kening istriku, dan bismillah... kami berangkat ke London . Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berhasil menggondol gelar Doktor dari London . Saya spesialis syaraf dan istri saya spesialis jantung.

Setelah memperoleh gelar doktor spesialis, kami meneken kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai direktur rumah sakit, dan istri saya sebagai wakilnya! Kami juga mengajar di Universitas.

Kami pun dikaruniai seorang putri yang cantik dan cerdas. Saya namai dia dengan nama istri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan.

Lima tahun setelah itu, kami pindah kembali ke Kairo setelah sebelumnya menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana raja dan permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari 9 tahun hidup menderita, melarat dan sengsara.

Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami kepada Allah swt dan bertambahlan rasa cinta kami.

Ini kisah nyata yang saya sampaikan sebagai nasehat hidup. Jika hadirin sekalian ingin tahu istri shalehah yang saya cintai dan mencurahkan cintanya dengan tulus, tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru yang menunduk di barisan depan kaum ibu, tepat di sebelah kiri artis berjilbab Huda Sulthan. Dialah istri saya tercinta yang mengajarkan bahwa penderitaan bisa mengekalkan cinta. Dialah Prof Dr Shiddiqa binti Abdul Aziz..."

Tepuk tangan bergemuruh mengiringi gerak kamera video menyorot sosok perempuan separoh baya yang tampak anggun dengan jilbab biru. Perempuan itu tengah mengusap kucuran air matanya. Kamera juga merekam mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai, dan segenap hadirin yang menghayati cerita ini dengan seksama.

Catatan :

Mengenai hukum pernikahan dan wali nikah silahkan dirujuk pada buku-buku fiqih standart.

Taken from : Di Atas Sajadah Cinta, Habiburrahman El Shiraz, 2004

8/19/2008

Membangunkan Indonesia yang Tertidur

"Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ( QS 13;11 )

Indonesia adalah suatu bangsa berkembang yang didalamnya terdapat begitu banyaknya segala potensi.
Lihat saja, 13.000 pulau di Indonesia dengan kekayaan flora dan fauna didalamnya, kebudayaan yang masih dilestarikan hingga kini, keberagaman suku bangsa, ras dan agama.


Namun mengapa Indonesia belum maju? Mengapa Indonesia masih dalam keterpurukan?
Sebuah pekerjaan rumah bagi kita sebagai generasi penerus pemimpin bangsa ini.Ini bukanlah hal yang mudah, namun bukan pula hal yang mustahil.
Dengan segala potensi yang dimiliki , sebenarnya Indonesia sangatlah muingkin untuk bisa menjadi Negara maju dan besar, jika setiap warganya tahu bagaimana cara untuk mengoptimalkannya.

Indonesia tertidur, itulah istilah yang saya gunakan untuk menyikapi segala permasalahan di Indonesia ini. Dan ada tiga hal dimana Indoneisa tertidur begitu lelapnya :

1. SDM yang tidur
Indonesia memiliki begitu banyak manusia yang berpotensi untuk bisa membangun bangsa ini. APBN pendidikan yang naik menjadi 20 %, perbaikan di segal;a aspek pendidikan, sarana dan prasarana dan kesadaran warga akan pentingnya pendidikan pun semakin tinggi. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah sarjana di Indonesia.

2. Lahan tidur
“kayu pun jadi tanaman “ inilah istilah yang sangat tepat bagi bangsa kita ini. Dimana di setiap tempat kita akan menemukan banyak lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai aset bangsa, seperti contoh bidang pertanian ; kedelai, beras dan singkong merupakan contoh konkrit produksi bangsa ini. Namun hingga kini pemananfaatan lahan belum optimal, bahkan cenderung lahan lahan digunakan sebagai lahan industri.

3. Dana tidur
Dana yang tidur ini, dimaksudkan bahwa dalam penggalangan dan pengelolaan dana yang masih bersifat konsumtif, seperti pembangunan gedung pencakar langit, apartemen, atau pembangunan rumah-rumah mewah yang sebetulnya dapat kita nomor duakan setelah pembangunan bidang pendidikan ataupun sarana dan fasilitas umum yang lebih dibutuhkan oleh rakyat Indonesia.

Maka dari itu, marilah kita bersama sama membangunkan bangsa yang tertidur lelap ini. Marilah kita bangun bangsa ini demi tegaknya Kalimatullah….ALLAHU AKBAR

8/11/2008

Keterlibatan Akhwat dalam Berjihad



Bismillahirrohmanirrohim,

“Asyhadu alla ilaha illallah wa. asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh"


Di zaman sekarang ini, dimana penindasan dan kerusakan di muka bumi ini merajalela. Islam mengalami kemunduran, kemaksiatan dianggap hal yang biasa. Kemerosotan moral dan kemajuan teknologu dianggap sebagai sebab kemunduran ini.






Namun sebagai seorang muslim, tentu ini bukanlah hal yang harus kita keluhkan Kita harus bersikap optimis bahwa suatu saat kemenangan Islam akan terealisir.


” Mereka coba untuk memadam cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya Nya walaupun orang kafir tidak menyukai” (at Taubah: 32)


Jika kita kembali melihat perjalan perjuangan Rasulullah saw, dimana dalam setiap pertempuran dan peperangan Rasulullah saw selalu memberikan kabar gembira bagi kaum Muslim yaitu kemenangan.


Tanda – tanda kejayaan Islam pun mulai nampak. Negara – Negara adikuasa mulai mengalami kemunduran , Kebangkitan umat di setiap penjuru dunia, Kesadaran dan Kepercayaan Masyarakat Internasional mengenai Islam, dan sebagainya.


Kaum Muslimin sebenarnya memiliki keunggulan yang tidak dimiliki umat yang lain. Terbukti dengan bertambahnya manusia yang menyadari akan kebenaran Islam dan ikut bergabung dalam barisan Islam.


“Ingatlah, ketika kamu masih sedikit, kemudian kamu telah menjadi banyak…”(Al A’araf: 86).


Selain itu juga, umat muslimin memiliki kakuatan dan keyakinan yang tidak terkalahkan oleh apapun, inilah yang kita sebut sebagai Manhaj Rabbani.


Dan di tangan para pemudalah, kejayaan dan kemenangan Islam dipertaruhkan.Karena itulah peran tarbiyah sangat dibutuhkan untuk mendidik, membina dan mengarahkan para pemuda ini dalam memperjuangkan Islam.


Dengan tarbiyah inilah diharapkan pemuda Islam dapat memerikan konstribusi terhadap dakwah Islam dan Jihad.


Dakwah bisa berarti juga hijrah, yaitu perubahan dari suatu kondisi tertentu menjadi suatu kondusi yang lebih kondusif dan lebih baik, karena itu hijrah dikatakan sebagai hijrah positif, konsisten dan progresif..


Untuk dapat memotivasi pemuda, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

1. Tujuan hidup

Umumnya, pada masa muda inilah seseorang dapat dikatakan pada proes pencarian jati diri, tujuan, dan impiannya. Disini kita harus memberikan perhatian yang ekstra kepada generasi muda ini,, contohnya adalah dengan diadakannnya mentoring mentoring di sekolah dan kampus ( dakwah kampus ) dan tarbiyah


2. Kesadaran akan kewajiban sebagai seorang muslim

Seperti kita tahu bahwa kewajiban seorang muslim adalah semata mata hanyalah untuk Allah. Ibadah, akhlak, dakwah dan jihad dilakukan semata mata karena Allah. Sikap ikhlas dan Ridho dala setiap perbuatan dan ucapan yang kita keluarkan adalah demi kabaikan dan pembenaran atas Islam ini. Dari sinilah timbul ghirah atau semangat juang yang tinggi dalam penegakkan kalimatullah.


3. Aqidah yang bersih dan berakhlak mulia

Aqidah yang bersih adalah aqidah yang terjauh dari sifat sifat syirik dan musyrik, menyekutukan Allah dengan hal lainnya.

Sedangkan akhlah mulia adalah sikap baik bersih dan tulus kita terhadap sesama.


4. Menjadikan Al Qu’an dan Sunnah sebagai landasan hidupnya

Merenungi ayat – ayat Allah menimbulkan semangat dalam ketaatan kepada Nya, sementara sunnahnya adalah suri tauladan dan contoh kita dalam mengaplikasikan ayat-ayat tersebut.


Kepada pemuda yang merindukan kemuliaan......
kepada pemuda yang berada dalam persimpangan jalan ........
kepada pemuda yang mewarisi darah suci penoreh sejarah ini.....
kepada pemuda yang kelelahan di jalan ini.......
kepadamu wahai pemuda kupersembahkan risalah ini.........


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian kedalam agama Islam secara totalitas”. (QS 2 : 208)


Sesungguhnya bagi seorang dai yang telah menerima hidayah Allah SWT, telah memilih kepenatan dan keletihan dan menceraikan leha-leha, santai dan main - main.


Walllahu’alam bishawwab

8/10/2008

Doa Untuk Diri Kita & Negeri Kita

Ya ALLAH, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.
Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya.
Engkau pencipta dan pelindungnya

Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami
Rukunkan antar hati kami
Tunjuki kami jalan keselamatan
Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang
Jadikan kumpulan kami jama’ah orang muda yang menghormati orang tua
Dan jama’ah orang tua yang menyayangi orang muda
Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian

Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar
Wahai yang menyambung segala yang patah
Wahai yang menemani semua yang tersendiri
Wahai pengaman segala yang takut
Wahai penguat segala yang lemah
Mudah bagimu memudahkan segala yang susah
Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak
Engkau Maha Tahu dan melihatnya

Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu
Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu
Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur
Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus
Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami
Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami
Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami
Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara
Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami

“ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih”

Ya ALLAH, kami hamba-hamba-Mu, anak-anak hamba-Mu
Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu
Berlaku pasti atas kami hukum-Mu
Adil pasti atas kami keputusan-Mu

Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu
Dengan semua nama yang jadi milik-Mu
Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu
Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu
Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu
Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib
Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur’an yang agung
Sebagai musim bunga hati kami
Cahaya hati kami
Pelipur sedih dan duka kami
Pencerah mata kami

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia

7/24/2008

Konser Kemanusiaan untuk Kemerdekaan Rakyat Palestina

Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP)

mempersembahkan

Konser Kemanusiaan untuk Kemerdekaan Rakyat Palestina



Sesi I (08:00-12:00) :

DR. Muqoddam
DR AdyaksaDault
Izzatul Islam
Ar-Ruhul Jadid
Shoutul Harokah
Ebith Beat A
Justice Voice
Islahunnada
Film Dokumenter Palestina


Sesi II (13:00-16:00) :

Dra. Yoyoh Yusroh
Ar-Rijalu Kahfi
Syeikh dari Palestina
Izzatul Islam
Ar-Ruhul Jadid
Shoutul Harokah
F-1
IRA
Brigade Intifadhoh
Teater Kanvas, Film dan Puisi Palestina


Sesi III (18:30-21:30) :

Dr. Hidayat Nur Wahid, MA
Dr. Hj. Tuti Alawiyah
K.H. Abdullah Gymnastiar
K.H. Yusuf Mansyur
K.H. Arifin Ilham
Izzatul Islam
Generasi Rabbani
The Fikr


INFAQ TIKET: Rp. 15.000 / sesi
Date: Sunday, August 3, 2008
Time: 9:00am - 9:30pm
Location: Tennis Indoor Senayan
City/Town: Jakarta, Indonesia
Contact InfoPhone: 0217948978
Email: info@knrp.or. id

7/20/2008

Kemenangan Dakwah Islam


Bismillahirrohmanirrohim,

“Asyhadu alla ilaha illallah wa. asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasuluh"


Di zaman sekarang ini, dimana penindasan dan kerusakan di muka bumi ini merajalela. Islam mengalami kemunduran, kemaksiatan dianggap hal yang biasa. Kemerosotan moral dan kemajuan teknologu dianggap sebagai sebab kemunduran ini.



Namun sebagai seorang muslim, tentu ini bukanlah hal yang harus kita keluhkan Kita harus bersikap optimis bahwa suatu saat kemenangan Islam akan terealisir.


” Mereka coba untuk memadam cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya Nya walaupun orang kafir tidak menyukai” (at Taubah: 32)


Jika kita kembali melihat perjalan perjuangan Rasulullah saw, dimana dalam setiap pertempuran dan peperangan Rasulullah saw selalu memberikan kabar gembira bagi kaum Muslim yaitu kemenangan.


Tanda – tanda kejayaan Islam pun mulai nampak. Negara – Negara adikuasa mulai mengalami kemunduran , Kebangkitan umat di setiap penjuru dunia, Kesadaran dan Kepercayaan Masyarakat Internasional mengenai Islam, dan sebagainya.


Kaum Muslimin sebenarnya memiliki keunggulan yang tidak dimiliki umat yang lain. Terbukti dengan bertambahnya manusia yang menyadari akan kebenaran Islam dan ikut bergabung dalam barisan Islam.


“Ingatlah, ketika kamu masih sedikit, kemudian kamu telah menjadi banyak…”(Al A’araf: 86).


Selain itu juga, umat muslimin memiliki kakuatan dan keyakinan yang tidak terkalahkan oleh apapun, inilah yang kita sebut sebagai Manhaj Rabbani.


Dan di tangan para pemudalah, kejayaan dan kemenangan Islam dipertaruhkan.Karena itulah peran tarbiyah sangat dibutuhkan untuk mendidik, membina dan mengarahkan para pemuda ini dalam memperjuangkan Islam.


Dengan tarbiyah inilah diharapkan pemuda Islam dapat memerikan konstribusi terhadap dakwah Islam dan Jihad.


Dakwah bisa berarti juga hijrah, yaitu perubahan dari suatu kondisi tertentu menjadi suatu kondusi yang lebih kondusif dan lebih baik, karena itu hijrah dikatakan sebagai hijrah positif, konsisten dan progresif..


Untuk dapat memotivasi pemuda, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

  1. Tujuan hidup

Umumnya, pada masa muda inilah seseorang dapat dikatakan pada proes pencarian jati diri, tujuan, dan impiannya. Disini kita harus memberikan perhatian yang ekstra kepada generasi muda ini,, contohnya adalah dengan diadakannnya mentoring mentoring di sekolah dan kampus ( dakwah kampus ) dan tarbiyah


  1. Kesadaran akan kewajiban sebagai seorang muslim

Seperti kita tahu bahwa kewajiban seorang muslim adalah semata mata hanyalah untuk Allah. Ibadah, akhlak, dakwah dan jihad dilakukan semata mata karena Allah. Sikap ikhlas dan Ridho dala setiap perbuatan dan ucapan yang kita keluarkan adalah demi kabaikan dan pembenaran atas Islam ini. Dari sinilah timbul ghirah atau semangat juang yang tinggi dalam penegakkan kalimatullah.


  1. Aqidah yang bersih dan berakhlak mulia

Aqidah yang bersih adalah aqidah yang terjauh dari sifat sifat syirik dan musyrik, menyekutukan Allah dengan hal lainnya.

Sedangkan akhlah mulia adalah sikap baik bersih dan tulus kita terhadap sesama.


  1. Menjadikan Al Qu’an dan Sunnah sebagai landasan hidupnya

Merenungi ayat – ayat Allah menimbulkan semangat dalam ketaatan kepada Nya, sementara sunnahnya adalah suri tauladan dan contoh kita dalam mengaplikasikan ayat-ayat tersebut.


Kepada pemuda yang merindukan kemuliaan......
kepada pemuda yang berada dalam persimpangan jalan ........
kepada pemuda yang mewarisi darah suci penoreh sejarah ini.....
kepada pemuda yang kelelahan di jalan ini.......
kepadamu wahai pemuda kupersembahkan risalah ini.........


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً

“Wahai orang-orang yang beriman masuklah kalian kedalam agama Islam secara totalitas”. (QS 2 : 208)


Sesungguhnya bagi seorang dai yang telah menerima hidayah Allah SWT, telah memilih kepenatan dan keletihan dan menceraikan leha-leha, santai dan main - main.


Walllahu’alam bishawwab



7/10/2008

Berhijablah Ya Ukhti...............



Sebagai seorang muslimh sudah sepantasnya kita berhijab.Hijab merupakan ketaatan kepada Allah dan Rosulnya, dimana Allah memerintahkan kepada kaum muslimah dalam firman-Nya :



وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا {

“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31)


Hijab bisa menjadi menjadi salah satu tolak ukur kadar kualitas seorang muslimah. Hijab tidak hanya menutup aurat, hijab juga merupakan 'iffah ( menahan diri dari maksiat) itu karena mereka menutup auratnya dan berusaha menahan diri dari hal - hal yang menjerumuskannya dalam kemaksiatan.

Hijab adalah simbol kesucian, kesucian yang harus dijaga mu'min karena hijab itu dapat menghancurkan orang orang yang memiliki penyakit di hatinya

} فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ {

“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab: 32)


Hijab adalah pelindung, taqwa, iman, haya' ( rasa malu ) dan sikap cemburu.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib ra :
“Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu


Maka dari itu ya ukhti! jagalah hijab,u karena ia adalah perhiasanmu, pelindungmu, dan kehormatanmu.

Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah ra, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31) Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena percaya dan beriman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah SAW dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat burung gagak.”

Catatabku : Hijab itu bukan penutupan diri loh........hijab memang wajib kita jaga, tapi ukhuwah harus kita bina. Insyaallah

7/07/2008

Hakikat Cinta



Apa itu cinta?
Pertanyaan yang sulit yang bahkan belum bisa saya jawab. Namun ada sedikit cerita di masa laluku yang ingin kuceritakan pada seluruh alam


Cinta pertamaku di usia 13 tahunan....dengan seseorang di dalam mimpi......seseorang yang menunujukkan indahnya surga dan panasnya neraka....seseorang yang memegang tangan ini dan mengatakan untuk tidak perlu takut karenanya karena beliau akan selalu disisiku.

Senyum manis yang masih kuingat....genggaman hangat yang masih kurasa.....suara lembut bak semilir angin di padang yang tandus.......
seseorang yang membuatku jatuh cinta dan selalu kurindu bahkan hingga kini.
Siapakah dia?
Wallahu 'alam

Berbicara tentang cinta, cinta antar ikhwah, cinta yang mempunyai dua sisi yang berlainan. Disatu sisi cinta itu bisa menjadi rahmat dan disisi lainnya bisa menjadikan fitnah.....lalu bagaimana kita menyikapinya dikala cinta itu melanda???

Begitu banyak ragam cinta dan begitu banyak pula wujud cinta.....
Sebagian ada yang menafsirkan sebagai gejolak hati, sebagian menafsirkan sebagai kerinduan,dan sebagian lain menganggap cinta hanyalah sebuah omong kosong belaka, bla...bla...bla....

Namun seperti apakah ragam cinta untuk kita?
Cinta yang hakiki, cinta Allah kepada hamba-Nya yang jelas tidak akan pernah bisa kita membalasnya, dengan pengorbana apapun juga, namun setidaknya berusahalah untuk bisa mencintai_nya, membalas cinta-Nya.

Ada banyak cara bagi kita untuk bisa membalas cinta-Nya. Masing - masing orang memiliki kapasitas yang berbeda untuk melakukannya. Ada yang dengan ibadahnya, ada yang dengan doanya, ada pula dengan syukurnya, atau puncak dari cinta adalah jihad dan syahid fii sabilillah.
Menjadikan Allahu Ghoyatuna...menumbuhkan cinta dalam hati ini, menyembuhkan setiap goresan luka dalam jasad ini.
Tidakkah kita pikirkan bagaimana pejuang palestin disana bertahan? walau dengan keringat darah bercucuran......
Saya rasa jawabannya satu
Karena cintanya kepada Allah

Allahu akbar
Allahu akbar
Allahu akbar

6/30/2008

JIHAD DAN PENGARUHNYA DALAM MEMBANGUN GENERASI ISLAM

Bismillahirrohmanirrihim.....

Tarbiyah Jihadiyah karangan Syaikh Abdullah Azzam....yang udah lama kucari tapi belon juga ketemu.....(hiks........).
Tapi alhamdulillah terobati dengan adanya sedikit tulisan kecil ini. Lumayan buat referensi.......
Subhanallah...................Allahu Akbar..........


Karamah-Karamah

"Dan tiadalah kalian yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang
membunuh mereka; dan tidaklah kamu yang melempar saat kamu melempar,
akan tetapi Allah lah yang melempar...." (QS. al-Anfaal:17)

Pada tanggal 10 Nopember, pesawat-pesawat musuh membombardir daerah
Chakri. Saat terjadi serangan, mujahidin bersembunyi/ berlindung,
kecuali seorang lelaki buta huruf bernama al-Hajj Muhammad `Umar. Ia
melihat pesawat tempur itu, lalu menengadah ke atas dan
berdoa, "Wahai Tuhanku... Engkau lebih kuat dari pesawat-pesawat
tempur itu, apakah Engkau akan membiarkan orang-orang kafir itu
membantai kami dengan pesawat-pesawat tempur dan roket-roket mereka?
Wahai Tuhanku... mana yang lebih kuat... Engkau ataukah mereka?!
Belum sampai doanya habis, mendadap pesawat tempur tadi meledak dan
jatuh. Di dalam pesawat tempur tadi terdapat dua jenderal Rusia, itu
menurut siaran-siaran berita yang dipancarkan oleh radio-radio....
Banyak sekali kisah-kisah yang menceritakan hal seperti itu.

Nashiruddin Manshur menuturkan sebuah peristiwa kepadaku: Ghul
Muhammad adalah seorang pemuda mujahid. Suatu malam ia kembali ke
batalyon pasukannya, namun tersesat jalan. Dan tak disangka, ia
justru masuk wilayah markas tentara Rusia. Tentu saja ia lalu
ditangkap dan diinterogasi. Salah seorang perwira Rusia
menanyainya, "Sebelum kami membunuhmu, saya hendak menanyakan
kepadamu satu pertanyaan, 'Bagaimana peluru-peluru senjata kalian
terkadang membakar tank-tank kami?'"

Berkata pemuda itu dalam hati, "Saya pasti akan mati, maka lebih baik
saya buat mereka ketakutan." Katanya kemudian, "Bukan hanya peluru-
peluru kami saja yang bisa menembus tank. Bahkan andaikata kami
melempar batu pun, niscaya ia akan mampu menembus tank."

Perwira Rusia itu penasaran. Lalu ia berkata, "Itu tank. Sekarang
ambillah batu dan lemparkan ke arah tank itu, agar aku lihat
bagaimana batu itu menembus dan membakar tank!"

"Biarkan saya mengerjakan shalat dua rakaat dahulu," pinta pemuda
itu.

Setelah diperbolehkan, maka Ghul Muhammad segera mengerjakan shalat.
Pada saat sujud, dia berdoa, "Wahai Tuhanku... janganlah Engkau
membuka aibku. Engkau mengetahui batu-batu itu tak akan dapat berbuat
apa-apa." Demikianlah, lama dia berdoa. Dan sesudah selesai shalat,
didatangkan padanya sebuah tank. Kemudian Ghul Muhammad mengambil
segenggam batu kerikil dan dilemparkan ke arah tank tersebut,
mendadak tank tersebut menyala dan terbakar. Menyaksikan kejadian
tersebut, perwira Rusia tadi segera memerintahkan anak buahnya untuk
menjauhkan tank-tank yang lain agar tidak ikut terbakar. Lalu dia
mengembalikan senjata Ghul Muhammad dan berkata, "Ambil dan pergilah,
kami tidak ingin membunuhmu."

Perasaan bahwa malaikat menyertai mereka... dimana kisah
keikutsertaan para malaikat bersama mujahidin sangat mutawatir
sekali. Telah saya kisahkan dalam buku saya (Aayaat al-Rahmaan fiy
Jihaad al-Afghan) sejumlah kisah yang sangat mutawatir tersebut. Di
antaranya, adanya serombongan kawanan burung yang terbang di bawah
pesawat-pesawat (musuh) membela mujahidin, sehingga anak-anak pun
dapat membedakan antara pesawat-pesawat yang tidak akan melancarkan
serangan dengan pesawat-pesawat yang akan melancarkan serangan. Jika
pesawat-pesawat itu diikuti oleh serombongan burung-burung, maknanya
bakal ada serangan. Maka anak-anak kecil itupun bersembunyi di tempat-
tempat perlindungan. Dan telah menjadi kisah yang mutawatir, kalau
burung-burung itu datang sebelum tibanya pesawat-pesawat tempur, maka
mujahidin tahu bakal datangnya pesawat tempur musuh. Jika pesawat-
pesawat tempur musuh datang, maka burung-burung tadi terbang persis
di bawah pesawat. Seperti telah diketahui bahwa kecepatan pesawat
tempur adalah dua kali lipat kecepatan suara, yakni 1000 m/detik.
Burung apa yang terbang 1000 m/detik?! Menyaingin kecepatan pesawat
tempur MIG 21 dan MIG 23... ini mustahil!! Burung hanya bisa terbang
12 m/detik... adapun jika terbang tiga kali kecepatan suara, sedang
kecepatan suara adalah 365 m/detik atau dua kali kecepatan suara yang
berarti 730 m/detik, maka burung apa yang bisa terbang sejauh 730
meter per detik? Namun para mujahidin bersepakat bahwa jika burung-
burung itu terbang menyertai pesawat tempur, maka kerugian yang
mereka derita sangat kecil atau bahkan nihil.

Di antara mereka yang menceritakan pada saya, yang sering sekali
melihat burung-burung itu ialah Muhammad Karim. Ia mengatakan, "Saya
melihatnya lebih dari 20 kali." Jalaluddin Haqqani juga
mengatakan, "Saya sering sekali melihatnya." Maulawi Arsalan
berkata, "Saya sering sekali melihatnya." Sedangkan mereka yang hanya
sering saja -- tanpa tambahan 'sekali' -- melihatnya ialah Muhammad
Sirrin, Maulawi `Abdul Hamid, Wazir Bad Syah, Sayyid Ahmad Syah, Ali
Ghan, serta banyak lagi yang lain... yang melihat burung-burung itu
serta disampaikan berita tentang hal itu dari mereka.

Sesungguhnya perasaan mereka dekat sekali dengan malaikat, malaikat
dekat dengan mereka, dan sesungguhnya para malaikat turut dalam
peperangan-peperangan. Ini adalah ma'iyyah (kesertaan) malaikat, yang
meninggalkan kegembiraan yang begitu dalam serta kebahagiaan yang
begitu besar di dalam hati.

Maulawi Arsalan menuturkan pada saya, "Pernah suatu kali kami yang
berjumlah 35 orang dikepung tank-tank, kami memberi perlawanan gigih
hingga amunisi senjata kami habis. Saat itu saya menginginkan bisa
terbunuh dengan cara apapun supaya tentara-tentara Rusia tidak
menangkap saya hidup-hidup. Kemudian dalam detik-detik terakhir yang
sangat kritis itu, kami menghadapkan seluruh diri kami kepada Rabbul-
`Alamiin, berdoa kepada Allah agar jangan sampai kiranya Allah
memberikan jalan pada orang-orang kafir itu untuk menangkap kami."
Berkata Maulawi Arsalan lebih lanjut, "Dan rahmat Allah itu dekat
dengan orang-orang yang berbuat baik. Tiba-tiba situasi pertempuran
menjadi berubah, tank-tank musuh yang semula mengepung kami kini
terkepung dari segenap penjuru. Kami mendengar suara-suara namun tak
melihat seorang pun. Dan akhirnya tentara-tentara Rusia itu kalah dan
porak-poranda."

Setelah mendengar penuturannya, saya (Shaykh) bertanya pada Arsalan
(seorang figur keamanan yang membebaskan atau ikut serta dalam
membebaskan daerah propinsi yang luas bernama Paktia, serta
menerapkan hukum Islam di sana), "Bagaimana Anda menafsirkan hal
tersebut? Apakah mereka itu malaikat?" Dia menjawab, "Kalau mereka
bukan malaikat, maka siapa lagi?"

Qadhi Baghdadi bersumpah pada saya bahwa dia pernah ikut serta dalam
sebuah pertempuran. Pihaknya sama sekali tidak membawa anti-tank,
namun tank-tank musuh hancur berantakan di hadapan mereka. Bagaimana
hal tersebut bisa terjadi?

Sering tentara-tentara Rusia bertanya seraya menunjukkan peluru di
tangan mereka, "Dari mana kalian dapatkan peluru ini?" Peluru
tersebut bukan buatan Amerika, bukan pula buatan Rusia... para
malaikat menggunakan senjata baru... yang jelas banyak sekali kisah
mengenai hal tersebut.

Pada hari `Arafah, 9 Dzul Hijjah 1403 H, pasukan Rusia menyerang
sebuah desa bernama Durasu. Di desa tersebut terdapat 60 mujahid.
Sementara pasukan Rusia membawa 180 tank dan sejumlah personil yang
ikut dalam penyerangan sebanyak 16.000 orang tentara, 12.000 orang di
antaranya adalah tentara Rusia dan 4.000 orang sisanya adalah tentara
komunis Afghan. 16.000 orang melawan 60 orang, masih juga didukung
dengan 14 pesawat tempur dan 180 buah tank dan kendaraan lapis baja.
Berkobar pertempuran yang tidak seimbang, 60 orang melawan 16.000
orang. Dengar, 60 orang melawan 16.000 orang!!! Namun demikian,
pasukan Rusia mengalami kekalahan. 770 orang tentara mereka tewas
terbunuh, sebagian berhasil ditawan. Sementara di pihak mujahidin,
hanya 1 orang saja yang mati syahid, yakni Muhammad Aslam. Adakah
akal manusia bisa mempercayai kejadian ini? Sesungguhnya kejadian ini
di luar kemampuan akal manusia untuk memahaminya, sebab ini merupakan
(wujud) kekuasaan Allah `Azza wa-Jalla, keluar dari hukum alam,
menyalahi hukum dan tabi'at kehidupan yang dapat dicerna oleh akal
manusia sehari-hari. Jika kalian merasa bimbang dan ragu mengenai
kisah-kisah ini, maka silakan cermati kembali (ajaran dalam) Dien
ini -- jika kalian mau --, dan silakan periksa kembali. Ketahuilah,
bahwa separuh dari (ajaran) Dien ini menyeru manusia agar beriman
terhadap hal yang ghaib...

"Orang-orang yang beriman terhadap hal yang ghaib."

Anda berhak menolak kebenaran dari satu atau dua kisah atau sepuluh
kisah (yang telah saya sampaikan). Akan tetapi menafikan (menolak
atau meniadakan) seluruh kisah-kisah tadi, adalah sangat berbahaya
dan membahayakan aqidahmu. Oleh karena aqidah Ahlus Sunnah wal-
Jama'ah telah menyatakan,

"Dan aku menetapkan adanya karmah bagi para wali-wali Allah dan
barangsiapa menafikannya, maka campakkan saja perkataannya."

Tanyakan kepada para ulama salaf... tanyakanlah pada Ibnu Taimiyah...
tanyakanlah pada Ahmad bin Hanbal.

Ibnu Taimiyah mengatakan, "Aku berada dalam penjara. Sebelum masuk
penjara, aku biasa mencari-cari keluarga yang miskin untuk aku
berikan bantuan kepada mereka. Setelah aku masuk penjara, maka mereka
datang menengokku dan memberitahukan, 'Engkau masih terus mendatangi
kami dan memberikan santunan sama seperti yang sudah-sudah.'" Berkata
Ibnu Taimiyah, "Boleh jadi mereka itu adalah saudara-saudara kita
dari bangsa jin yang menampakkan diri seperti diriku dan mengerjakan
hal-hal yang dulu aku lakukan."

Saya menulis pada sampul belakang buku kecil tulisan saya, kalimat-
kalimat sebagai berikut: Buku ini membicarakan tentang karamah
terbesar yang terjadi pada masa sekarang ini. Karamah apakah itu?
Karamah-karamah besar!, yakni kemenangan-kemenangan yang berhasil
direbut dan dicapai bangsa Afghan -- saya tak ingin menceritakan
kisah-kisah khayal -- yang terisolir atas kekuatan adidaya (super
power), Uni Sovyet. Kemenangan-kemenangan yang menjadikan orang-orang
yang mempunyai mata hati tersadar dan mengerti akan adanya karamah-
karamah yang telah lama menghilang dari realita kehidupan kaum
muslimin dalam masa yang cukup panjang, bahkan sebagian orang-orang
Islam kembali menggunakan lidah-lidah mereka untuk mencabik-cabik
daging (baca: mencerca dan menggunjing) orang-orang yang mempercayai
karamah-karamah tersebut. Padahal, karamah-karamah tersebut mampu
menjadikan seorang wartawan Nasrani dari Perancis menulis dalam surat
kabar, dengan huruf-huruf besar, "AKU MELIHAT TUHAN DI AFGHANISTAN".
Juga mampu mendorong seorang wartawan komunis dari Italia menyatakan
keislamannya secara terbuka di televisi. Dia memberikan pernyataan
secara terus terang, "Aku melihat kawanan burung membela pihak
mujahidin, mereka terbang di bawah roket-roket yang dijatuhkan
pesawat-pesawat tempur di Aghanistan."

Salah seorang pemuda yang tinggal di Italia mengabarkan pada saya
bahwa wartawan tersebut melaksanakan shalat Jum'at bersama mereka.

Sengaja saya bicara dengan lafazh "telah mengabarkan pada saya",
mengikuti cara periwayatan para ahli hadits, dan saya tidak menulis
satu kisah melainkan dari seseorang yang turut terlibat dalam kisah
tersebut atau seseorang yang menyaksikannya secara langsung.

Saya telah menjelaskan sebuah realita besar, bahwa sesungguhnya
karamah-karamah yang terjadi pada orang-orang Afghan muslim lebih
banyak dari pada karamah-karamah yang terjadi pada para sahabat
radhiyallaahu `anhum. Ini sungguh membingungkan hati dan pikiran
saya. Saya bertanya-tanya dalam hati, "Adakah orang-orang Afghan
lebih baik daripada sahabat?" Akhirnya saya menemukan jawabannya
dalam buku-buku aqidah yang saya baca. Saya menemukannya dalam
tulisan Ibnu Taimiyah dan Ahmad bin Hanbal, bahwa karamah-karamah
yang terjadi pada masa tabi'in lebih banyak daripada yang terjadi
pada para sahabat padahal para sahabat itu adalah seutama-utama
generasi manusia sesudah Rasulullah shallallaahu `alayhi wa-sallam.
Itu karena karamah-karamah tersebut diturunkan oleh Allah untuk
meneguhkan keyakinan orang-orang yang beriman agar tetap berada di
jalan Allah apabila keimanan mereka melemah. Duhai kapan kiranya kaum
muslimin mau menimbang sesuatu perkara dengan timbangan Rabbani?
Adakah mereka mempercayainya? Duhai kiranya kaumku mengetahui!!!

Demikian pula, di antara natijah/ hasil yang didapat dari jihad
ialah: memupuk keberanian dan menanamkannya dalam hati. Sekarang,
keberanian itu telah mengalir ke seluruh aliran darah orang-orang
Afghan. Saya tak melihat ada orang-orang yang sepemberani mereka...
bahkan anak-anak kecil sekalipun berwatak pemberani.

diketik ulang dari Tarbiyah Jihadiyah 12 -- Al-`Alaq Pustaka -- Bab:
Jihad dan Pengaruhnya Dalam Membangun Generasi Islam.

6/26/2008

Menyikapi Keragaman dan Perbedaan dalam Islam


Suatu malam, saya berdiskusi dengan Murobi saya, mengenai perbedaan dan keragaman. Bertukar pikiran, bertukar pendapat. Sampai akhirnya......saya sampai pada tahap kebingungan.
Bingung karena Islam terpecah menjadi beberapa bagian......sementara kita mengharapkan persatuan ? tau setidaknya sikap toleran ?


Mungkin saya ini sang pemimpi ( cieee..........) yang mengharapkan adanya persatuan dalam Islam ini, atau adanya toleran dalam perbedaan ini.
Tapi kembali kita renungkan........ Apakah hakikat dari perbedaan ini?
Saya juga belum menemukan jawaban....tapi setidaknya mari kita sama-sama mencarinya.
yukkkkk...............

Dalam firman Allah Subhanallahu wa ta'ala menjelaskan kesatuan agama para nabi:

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Al An’am: 161)


Sebagaimana Allah menjelaskan tentang kesatuan agama kekufuran:

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. "(QS. 2:120)


Manhaj para nabi - alaihimus shalatu wassalam - dan syariat mereka adalah beragam, sebagaimana Allah berfirman:

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu "(QS. Al Maidah: 48)


Perbedaan antara keragaman manhaj para nabi - alaihis shalatu wassalam - dalam kesatuan agama, dan keragaman manhaj dakwah dalam kesatuan agama dan risalah adalah bahwa manhaj para nabi adalah wahyu yang diturunkan dan terjaga dari kesalahan, sedang manhaj-manhaj para du’at dan ulama adalah ijtihad manusia dalam bingkai wahyu yang mungkin salah dan mungkin benar, menerima diskusi dan kritikan, namun mereka dalam ijtihad mereka tidak akan kehilangan pahala insya Allah.

Jadi, apakah realitas keragaman ini hanya sebatas realita belaka?
Realitas yang sudah pasti dan tidak mungkin bagi kita untuk menghindarinya, karena begitulah sunahnya. Namun, yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana cara menjaga keragaman dan perbedaan ini sebagai suatu kesatuan ?

Mmm... mungkin bagi saya ini bukanlah hal yang mustahil, jika dalam setiap induvidu muslim nenyadari bahwa di dalam setiap keragaman dan perbedaan itu terdapat suatu kenikmatan.
Kenikmatan untuk saling mengenal pribadi satu dengan yang lain, kenikmatan untuk saling bertukar ilmu, kenikmatan untuk saling menasihati dan menolong, dan kenikmatan untuk saling melengkapi antara yang atu dengan yang lain.

Menurut saya, perbedaan dan keragaman adalah suatu keindahan. Indah karena didalam keragaman kita dapat berbagi, dan indah karena di dlam perbedaan itu kita tetap saling menyayangi, merasakan sakit yang sama, penderitaan yang sama.... "satu bagian tubuh sakit, maka bagian yang lain akan merasakannya ". Bukankah ini merupakan suatu keindahan ?

Ingatlah dengan janji Allah

يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ

“Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya”. (Al-Maidah:54)

Semoga kita termasuk didalam kaum tersebut. Amin Ya Robbal 'Alamin................