6/26/2008

Menyikapi Keragaman dan Perbedaan dalam Islam


Suatu malam, saya berdiskusi dengan Murobi saya, mengenai perbedaan dan keragaman. Bertukar pikiran, bertukar pendapat. Sampai akhirnya......saya sampai pada tahap kebingungan.
Bingung karena Islam terpecah menjadi beberapa bagian......sementara kita mengharapkan persatuan ? tau setidaknya sikap toleran ?


Mungkin saya ini sang pemimpi ( cieee..........) yang mengharapkan adanya persatuan dalam Islam ini, atau adanya toleran dalam perbedaan ini.
Tapi kembali kita renungkan........ Apakah hakikat dari perbedaan ini?
Saya juga belum menemukan jawaban....tapi setidaknya mari kita sama-sama mencarinya.
yukkkkk...............

Dalam firman Allah Subhanallahu wa ta'ala menjelaskan kesatuan agama para nabi:

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Al An’am: 161)


Sebagaimana Allah menjelaskan tentang kesatuan agama kekufuran:

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. "(QS. 2:120)


Manhaj para nabi - alaihimus shalatu wassalam - dan syariat mereka adalah beragam, sebagaimana Allah berfirman:

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu "(QS. Al Maidah: 48)


Perbedaan antara keragaman manhaj para nabi - alaihis shalatu wassalam - dalam kesatuan agama, dan keragaman manhaj dakwah dalam kesatuan agama dan risalah adalah bahwa manhaj para nabi adalah wahyu yang diturunkan dan terjaga dari kesalahan, sedang manhaj-manhaj para du’at dan ulama adalah ijtihad manusia dalam bingkai wahyu yang mungkin salah dan mungkin benar, menerima diskusi dan kritikan, namun mereka dalam ijtihad mereka tidak akan kehilangan pahala insya Allah.

Jadi, apakah realitas keragaman ini hanya sebatas realita belaka?
Realitas yang sudah pasti dan tidak mungkin bagi kita untuk menghindarinya, karena begitulah sunahnya. Namun, yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana cara menjaga keragaman dan perbedaan ini sebagai suatu kesatuan ?

Mmm... mungkin bagi saya ini bukanlah hal yang mustahil, jika dalam setiap induvidu muslim nenyadari bahwa di dalam setiap keragaman dan perbedaan itu terdapat suatu kenikmatan.
Kenikmatan untuk saling mengenal pribadi satu dengan yang lain, kenikmatan untuk saling bertukar ilmu, kenikmatan untuk saling menasihati dan menolong, dan kenikmatan untuk saling melengkapi antara yang atu dengan yang lain.

Menurut saya, perbedaan dan keragaman adalah suatu keindahan. Indah karena didalam keragaman kita dapat berbagi, dan indah karena di dlam perbedaan itu kita tetap saling menyayangi, merasakan sakit yang sama, penderitaan yang sama.... "satu bagian tubuh sakit, maka bagian yang lain akan merasakannya ". Bukankah ini merupakan suatu keindahan ?

Ingatlah dengan janji Allah

يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ

“Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya”. (Al-Maidah:54)

Semoga kita termasuk didalam kaum tersebut. Amin Ya Robbal 'Alamin................





Tidak ada komentar: